Tuesday, November 25, 2008

Nelayan Kotabaru Rame-Rame Membangun Bagan

(Berita Daerah - Kalimantan) - Kendati harga ikan laut belakangan ini terus merosot, namun ratusan nelayan di Sarang Tiung, dan Gedambaan, serta daerah yang lain di Kotabaru, rame-arme membangun bagan dari kayu mangrove dan bambu yang dirakit dan ditempatkan di tengah laut.

Taufik, salah seorang nelayan bagan di Sarang Tiung, Selasa, mengungkapkan, hampir sebagian besar nelayan di desanya hampir tiga pekan ini membangun bagan.

"Karena saat ini musim bagan kena (mendapatkan hasil tangkapan yang cukup banyak), meskipun harga ikan murah, tetapi karena hasil tangkapannya lebih banyak dari biasanya mereka berlomba-lomba menambah jumlah bagan," katanya.

Dijelaskan Ufik, nelayan cukup meminta modal untuk membeli peralatan bagan kepada juragan. Karena juragan sudah menyiapkan modal untuk membangun bagan tersebut.

Nelayan meminjam modal awal kepada juragan, pembayarannya akan diangsur saat mendapatkan hasil tangkapan dalam beberapa bulan, bahkan hingga dua tahun.

"Setiap bagan memerlukan modal sekitar Rp8-Rp15 juta per unit bagan," kata Juhriansyah, mantan Kepala Desa Sekapung.

Untuk satu juragan dapat memberikan pinjaman modal usaha kepada 10-30 nelayan.

Menurut mantan kades tersebut, dengan cara tersebut nelayan untung, karena mendapatkan pinjaman modal usaha, mereka juga tidak kesulitan menjual hasil tangkapannya membagan.

"Juragan biasanya membeli ikan bilis, cumi-cumi dan ikan hasil bagan ke setiap rumah nelayan. Dan nelayan tanpa mengeluarkan biaya untuk tarnspotasi," katanya.

Sementara itu, agar memperoleh hasil yang lumayan, nelayan mulai menggunakan lampu bagan dengan mesin jenset. Mereka tidak lagi menggunakan lampu petromak, karena redup dan biayanya mahal.

Sebelumnya, Ramang (49), Ketua RT 5 Desa Gedambaan, hampir sebagian besar pembagan di Pulau Laut Utara tidak lagi menggunakan lampu petromak, karena biaya operasionalnya lebih mahal dibandingkan dengan biaya operasional menggunakan mesin jenset, karena hampir setiap malam mengganti kaca lampu, kaos, jarum, spuyer dan klep pompa.

"Kalau dihitung-hitung biaya membagan dengan menggunakan lampu petromak dan mesin jenset hampir sama yakni, sekitar Rp30.000 - Rp50.000 setiap malam. Tetapi warga kami lebih untung menggunakan mesin jenset, karena tidak perlu memompa setiap 30 menit seperti memompa lampu petromak," kata Ramang.

Selain lebih efektif dengan menggunakan mesin jenset, hasil tangkapannya nelayan juga lebih besar dengan menggunakan mesin listrik jinjing tersebut, karena pencahayaan sembilan lampu TL yang dipasang di tengah bagan lebih luas dan dalam ke dasar laut dibanding pencahayaan lampu petromak.

"Kalau menggunakan lampu petromak, ikan semua jenis yang berhasil kami tangkap berkisar rata-rata 20-25 kg per malam, tetapi dengan menggunakan lampu TL ikan yang kami tangkap dalam semalam bisa mencapai 30-50 kg," Abdul Rauf, salah seorang nelayan bagan di Desa Gedambaan yang sudah sekitar empat bulan menggunakan mesin jenset berkapasitas 900 what.

Menurut para nelayan bagan tradisional, sejak dimulainya penerangan bagan dengan menggunakan mesin jenset penghasilan mereka meningkat dua kali lipat, dari Rp30.000 per malam menjadi Rp60.000 - Rp80.000 setiap kali berlabuh (per malam).

Ref : Kalimantan

No comments: